Kamis, 12 Februari 2009

Bimbingan Konseling

BIMBINGAN KONSELING DI PERGURUAN TINGGI

Komunikasi dan Konseling Solusi Problema Remaja Kampus

Oleh: Septian Utut

Konseling pada dasarnya merupakan suatu proses penyaluran bantuan yang dilakukan menggunakan wawancara konseling oleh seorang konselor kepada seseorang yang memiliki masalah atau bisa disebut klien yang pada intinya membahas, merenung, memberi solusi, dan akhirnya mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut.

Pada umumnya konseling bermula dengan adanya pendekatan humanistic dan client centered. Oleh karenanya konseling erat hubungannya dengan permasalahan sosial, budaya, dan perkembangan selain permasalahan yang berkaitan dengan fisik, emosi dan kelainan mental. Dalam hal ini, konseling memahami kliennya sebagai seseorang yang membutuhkan pengentasan masalah yang sedang dihadapinya dengan cara berdialog secara langsung, bukannya pemberian terapi atau treatment untuk menyembuhkan fisiknya.

Konseling pada realitanya bisa dilakukan di berbagai bidang kehidupan, seperti di masyarakat, dunia industri, lingkungan, berbagai macam musibah dan di dunia pendidikan. Khusus di dunia pendidikan, layanan ini biasa disebut sebagai bimbingan konseling.

Berbicara mengenai bimbingan konseling erat kaitannya dengan proses pendidikan. Dalam hal ini dunia pendidikan banyak tingkat dan macamnya. Ada pendidikan formal yang terdiri dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non formal yaitu jenis pendidikan yang dilakukan di luar area forum pendidikan. Misalnya, pendidikan orang tua kepada anak di rumah.

Dengan banyaknya sektor bagian dalam dunia pendidikan, oleh karenanya cukup satu sektor pendidikan saja yang akan dijelaskan di sini yaitu bimbingan konseling di Perguruan Tinggi.

Seperti diketahui bahwa individu-individu yang menempati area Perguruan Tinggi merupakan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kematangan secara fisik dan kesiapan untuk bereproduksi. Atau bisa dikatakan bahwa sekumpulan remaja yang berkreasi dalam membentuk karakter diri di area yang bernamakan Perguruan Tinggi.

Sekumpulan remaja ini memiliki beberapa aspek fundamental dalam dirinya. Beberapa di antaranya seperti aspek fisik, psikologis, dan sosio-religius. Ketiga aspek ini memiliki keutamaan isi masing-masing. Misalnya aspek fisik keutamaan isinya yaitu berporos pada kematangan fisik dan kesiapan bereproduksi. Aspek psikologis keutamaan isinya bertumpu pada di antaranya, dapat berfikir logis-realistis, dapat memecahkan masalah secara mandiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki sense of reality, dan bersikap optimis. Sedangkan pada aspek sosio-religius keutamaan isinya bergerak pada sense of responsibility, komitmen terhadap nilai agama, memiliki kesiapan untuk bekerja, dan aktif dalam kehidupan sosial.

Pada dasarnya juga seorang remaja memiliki seabrek masalah yang dihadapinya setiap hari. Beberapa masalah yang acap kali muncul yakni seperti masalah kemandirian, pemilihan karir, pernikahan, pengembangan pola hidup, kesepian, dan kekecewaan. Beberapa masalah inilah yang sedianya menghampiri hidup remaja di usianya.

Masalah yang terjadi di kehidupan remaja diiringi oleh faktor penyebab di dalamnya. Faktor-faktor yang dimaksud seperti beban tugas kuliah yang menumpuk, beban hidup keluarga, pemenuhan kebutuhan seks, kekurangsiapan mental untuk belajar, tuntutan penyelesaian kuliah tepat waktu, psikosomatis, overkompensasi, dan dekompensasi.

Dari fakta itulah oleh karenanya dinilai tepat jika bimbingan konseling diberikan kepada setiap remaja dalam hal ini mahasiswa yang membutuhkannya. Hal ini berguna untuk memberikan solusi dari masalah yang sedang dialami oleh mahasiswa itu sendiri.

Dalam memberikan bimbingan konseling, seorang konselor pada prosesnya mengakomodir segala bentuk permasalahan dengan senjata komunikasi yang jitu. Komunikasi yang jitu di sini seringkali diterapkan oleh seorang konselor demi memperlancar dan memperindah gaya dialog dalam konselingnya.

Komunikasi yang jitu atau efektif di sini dapat terlaksana, apabila ada unsur-unsur komunikasi di dalamnya. Unsur-unsur komunikasi tersebut antara lain komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.

Komunikator; pihak yang menyampaikan pesan baik itu verbal ataupun nonverbal. Pesan yang disampaikan komunikator bisa langsung secara perorangan (interpersonal), bisa pula dalam suatu rapat/pertemuan (small group atau public communication), dan bisa pula melalui media massa (mass communication).

Pesan; sebagai penafsiran lambang atau stimuli. Sebagai suatu proses penafsiran sangat tergantung pada penjelasan psikologis tentang komunikasi manusia. Selain itu pesan mencerminkan keadaan internal individu yakni perilaku, dalam bentuk tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam tentang sikap, keyakinan, nilai, citra, emosi dan sebagainya.

Komunikan; sering disebut juga penerima pesan. Pihak yang menerima pesan dari komunikator. Posisi komunikan sangat strategis karena merupakan sasaran dari komunikasi. Oleh sebab itu, dalam komunikasi dikenal paradigma “kenalilah pihak lain”, artinya komunikator harus memahami kondisi komunikannya. Jika komunikannya memiliki ‘adat’ tertentu, maka komunikator hendaknya menyesuaikan diri dengan ‘adat’ tersebut.

Media; suatu alat ataupun sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media tersebut bisa berbentuk cetak ataupun elektronik, seperti koran, majalah, radio, televisi, handphone dan internet.

Efek; efek komunikasi menyangkut penambahan wawasan, perubahan sikap, dan tindakan yang dihasilkan oleh proses komunikasi ialah terjadinya suatu perkosaan yang dilakukan seorang remaja terhadap rekannya setelah sang remaja menonton film televisi yang salah satu adegannya menggambarkan perkosaan.

Itulah unsur-unsur komunikasi yang harus ada dalam bimbinga konseling di dunia pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi. Pada dasarnya bimbingan konseling ini sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Hubungan keduanya bisa dianalogikan bagaikan tali layangan dan layangannya. Keduanya mendukung agar proses pengentasan masalah yang dialami oleh seorang klien dapat teratasi dengan baik dan tuntas.

Dengan adanya bimbingan konseling di Perguruan Tinggi mahasiswa yang ada di dalamnya dapat menyalurkan segala kegundahan, kecemasan, ketakutannya mengenai masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian cita-cita maupun obsesi mereka untuk membentuk karakter diri yang berkualitas di usianya dapat terwujud. Dan pada akhirnya kesuksesan akan menghampirinya. Entah itu sukses secara pribadi, sukses secara sosial, atau sukses secara akademik, atau mungkin akan sukses secara karir.

Penulis,

Mahasiswa Jurusan Dakwah Prodi KPI V,

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi HMJ Dakwah

STAIN Pontianak.

Jl. Letjen Suprapto No. 19 Pontianak

Email: tianseptian66@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar